- Info: Perkuliahan Dimulai Pada 10 Januari
- WA : +62821-9000-4033
Gorontalo: Mahasiswi PAI Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri berhasil membawa pulang terbaik I kategori Skripsi Terbaik Rumpun Integrasi Keilmuan dalam gelaran dua tahunan Biannual Conference on Research Result (BCRR). BCRR merupakan event yang diinisiasi oleh Direktorat Kementerian Agama Republik Indonesia Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama yang bekerja sama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Adapun pelaksanaan acara tersebut dimulai pada 25-27 November 2022 di IAIN Sultan Amai Gorontalo. Gelaran tersebut merupakan kompetisi serta penganugerahan penghargaan kepada hasil penelitian terbaik yang didukung oleh dana BOPTN Penelitian dan PNBP pada PTKIN BLU, serta penelitian penyelesaian studi (skripsi, tesis, dan disertasi) yang dihasilkan dari Perguruan Tinggi Keislaman.
Adapun hasil dari riset yang telah dikompetisikan mencakup riset yang dibiayai dari BOPTN Penelitian, baik BOPTN Penelitian yang terdapat pada satuan kerja PTKIN maupun BOPTN Penelitian pada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), atau juga bersumber dari PNBP bagi PTKIN yang BLU. Di samping itu, gelaran tersebut juga mengompetisikan hasil dari penyelesaian studi mulai strata satu (S1) hingga strata tiga (S3) berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang dihasilkan dari perguruan tinggi keagamaan Islam.
Dalam acara tersebut, Plt. Direktur Diktis, Dr. Syafi’i, M.Ag., menyampaikan bahwa sudah seharusnya PTKI melahirkan riset-riset yang berkualitas, apapun itu disiplin ilmunya. Sebab, penelitian menjadi salah satu dari Tri Dharma perguruan tinggi.
“Riset adalah substansi dari perguruan tinggi keagamaan Islam. Melalui riset, produktivitas perguruan tinggi akan teruji, dan melalui riset pula seorang akademisi akan menujukkan kapabilitas terbaiknya. Kemudian bagi PTKI, produktivitas riset ini sangat tinggi,” ujar Syafi’i.
Kegiatan BCRR ini, kata Syafi’i menambahkan, adalah salah satu cara Diktis melaksanakan akuntabilitas akademik dan publik atas temuan-temuan dan kontribusi aset di lingkungan PTKI kepada masyarakat luas. Beliau berkata, “dunia akademisi harus mampu mempertanggungjawabkan temuan dan kontribusinya kepada masyarakat, baik yang didasarkan atas anggaran negara yang diterimanya maupun studi yang telah dilakukannya,” jelasnya.
Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Suwendi, M.Ag., menambahkan bahwa riset yang diseleksi dalam BCRR berasal dari penelitian dosen yang dibiayai dari dana BOPTN Penelitian atau PNBP bagi PTKIN dan penelitian untuk penyelesaian studi berupa disertasi, tesis, dan skripsi. Riset ini dikelompokkan dalam empat rumpun ilmu, yaitu: studi Islam (tafaqquh fiddin), sosial humaniora, sains dan teknologi, serta integrasi ilmu.
“Semua yang dinilai didasarkan atas beberapa indikator, di antaranya: inovasi, novelty (kebaruan), teori dan metodologi, kualitas hasil riset yang terpublikasi melalui penerbitan/jurnal, dan nilai kemanfaatan bagi pengembangan keilmuan dan masyarakat. Dewan juri BCRR, bukan hanya dari para reviewer nasional yang ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, tetapi juga dari para ahli yang berasal dari sejumlah Kementerian/Lembaga lainnya, seperti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Bappenas, dan sejumlah tokoh dan lembaga lainnya,” jelas Suwandi.
Kemudian, Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, Prof. D. KH. Zulkarnain Suleman, menyampaikan syukur sebab IAIN Sultan Amai Gorontalo telah dipercaya sebagai tuan rumah BCRR yang kedua ini. Menurutnya, merupakan kehormatan dipercaya sebagai tuan rumah gelaran acara dua tahunan dari Kementerian Agama ini.
Sehubungan dengan hal demikian, berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6722 Tahun 2022, Dewi Trisna Wati berhasil lolos menjadi nominee dan penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Buku SKI Berbasis Higher Order Thinking Skills sebagai Sumber Belajar Mandiri di MTsN 1 Kota Kediri” sukses menyabet penghargaan sebagai penelitian skripsi terbaik I pada rumpun integrasi keilmuan.
Menurut Dewi, ia tidak pernah menetapkan target untuk mengikuti lomba ini sebab sebelumnya memang tidak mengetahui bahwa terdapat kompetisi penelitian antar PTKIN se-Indonesia ini. Namun, skripsi yang ia selesaikan untuk memenuhi tugas S1 memang dibuat dengan semenarik mungkin dan bertujuan untuk memberikan solusi konkret pada lembaga yang diteliti. Tantangan dalam menulis skripsi pada waktu itu adalah waktu dan biaya. Sebab ia menggunakan jenis penelitian RnD dan produknya berupa buku sehingga dalam proses revisi produknya memakan biaya revisi yang tidak sedikit.
Sementara itu, alur dalam mengikuti BCRR di IAIN Gorontalo diawali dengan pemberitahuan dari Sekretaris Program Studi untuk mendaftarkan diri. Kemudian ketika lolos seleksi kampus, akan diseleksi lagi dan masih diambil ratusan penelitian dari seluruh PTKIN. Setelah itu, dilakukan seleksi wawancara sebagai bentuk pertanggungjawaban atas riset yang sudah dikirimkan kepada panitia. Terakhir, penelitian tersebut diseleksi pada tahap akhir yakni presentasi langsung di IAIN Sultan Amai Gorontalo.
“Waktu itu saya benar-benar bingung, takut, kaget, dan semua perasaan campur aduk. Jujur, tidak ada perasaan senang atau bangga karena merasa masih kurang dan sedikit beban. Sebab, segalanya begitu cepat. Keluarga ketika saya kabari ya kurang mendukung karena lokasi yang jauh. Apalagi saya juga belum menerbitkan buku dan bisa dibilang masih tahap mengirim ke penerbit. Padahal waktu itu harus ada bukti semacam hasil publikasi atau hasil diseminasi. Skripsi saya juga belum dijadikan jurnal. Jadi, kalau dibilang apakah cukup waktu untuk mempersiapkan diri? Ya, sangat tidak cukup. Bahkan, ketika wawancara pun tidak ada persiapan. Untungnya kampus terutama para dosen dan LP2M memfasilitasi kekurangan saya dengan menyediakan device dan ruang untuk proses wawancara. Dengan lolos tiap seleksi menjadikan saya percaya diri dan tentunya hal demikian berkat dari dukungan dan bantuan dari dosen pembimbing, civitas akademika IAIN Kediri, teman-teman, dan dukungan dari keluarga. Saya sangat berterima kasih untuk hal itu sebab telah memberikan kepercayaan penuh kepada saya.” Jelas Dewi.
Belum sampai di permasalahan tersebut, Dewi menjelaskan bahwa ketika perjalanan ke IAIN Sultan Amai Gorontalo tidak dapat dipungkiri ia kehilangan kepercayaan diri dan fokus melihat beberapa judul penelitian dari PTKIN lain yang luar biasa. Sehingga kondisi kesehatan sempat menurun. Namun, atmosfer di perlombaan justru berbanding terbalik dengan pemikiran Dewi yang saat itu berpikir akan selalu tegang, kaku, dan serius. Justru, di sana ia dipertemukan dengan berbagai tokoh yang ramah, baik dosen atau mahasiswa berbaur dan tidak ada rasa saling berkompetisi sebab mungkin saja yang dikompetisikan adalah bagaimana ia mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya sendiri. Intinya, seperti berkompetisi dengan kejujuran dan kevalidan penelitian diri sendiri.
“Ketika saudara melakukan penelitian, lakukanlah dengan jujur dan jangan dibuat-buat. Penelitian salah satunya juga bertujuan untuk memberikan solusi nyata dari sebuah masalah. Jika data valid, saudara tidak akan pernah merasa takut disalahkan sebab tulisanmu adalah suara dan penglihatanmu. Apa yang ada di dalamnya, hanya saudara yang paling tahu.”ujar Dewi. Terakhir, ia berharap setelah sukses membawa pulang terbaik I dalam gelaran dua tahunan BCRR nantinya akan ada lebih banyak lagi penelitian yang dilombakan dalam ajang bergengsi sehingga Tri Dharma Perguruan Tinggi bisa diaktualisasikan dengan nyata dan bisa jadi penelitian tersebut akan ditindaklanjuti oleh pihak yang lebih expert.
PAI-IAIN©2024, All Rights Reserved